Gus Dur tokoh pluralis yang menjadi pembela kelompok minoritas. Tak
heran ia memiliki banyak teman dari kalangan non Muslim yang merasa
nyaman dan terlindungi oleh Gus Dur.
Beberapa teman dekatnya
dari non muslim menyaksikan fenomena kewalian yang dimiliki oleh Gus
Dur, seperti Marsilam Simanjuntak dan Irwan David Hadinata, sebagaimana
dituturkan oleh Mahfud MD dalam bukunya “Setahun bersama Gus Dur: Kenangan menjadi Menteri di saat Sulit”
Catatan
Mahfud MD menyebutkan suatu ketika ia bertanya kepada Marsilam
Simanjuntak- seorang yang dikenal dekat dengan Gus Dur, sekalipun ia
seorang non Muslim.
“Sebagai kawan lama Gus Dur, apakah Pak Marsilam mempercayai kegaiban,” tanya Pak Mahfud.
Jawaban Marsilam cukup mengherankan Pak Mahfud. Marsilam mengatakan bahwa ia sebenarnya tidak percaya pada hal-hal seperti itu.
“Tetapi
saya memang punya pengalaman aneh dengan Gus Dur,” ungkap Marsilam
dengan mimik serius yang kemudian bercerita tentang kejadian pada 1999.
Pada
pertengahan 1999, kelompok Forum Demokrasi (Fordem) mengadakan rapat
untuk menggeser Gus Dur dari jabatan ketua. Menurut Marsilam,
teman-temannya di Fordem banyak mengeluh karena Gus Dur telah lupa pada
Fordem dan lebih banyak mengurus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Untuk
itu, Gus Dur akan diminta mundur dari jabatannya sebagai ketua Fordem.
Yang menarik, pada pertemuan itu, sebelum diminta oleh forum, Gus Dur
langsung menyatakan akan berhenti karena merasa dirinya memang tidak
tepat lagi memimpin Fordem.
Gus Dur mengaku sangat sibuk dan
tidak punya waktu untuk terus memimpin Fordem. Gus Dur juga mengatakan
bahwa ia tidak seterampil serta teliti seperti Marsilam.
“Lagi
pula, kemarin saya didatangi oleh Mbah Hasyim yang memberitahu bahwa
bulan Oktober ini saya akan jadi Presiden. Jadi, saya tidak bisa terus
di Fordem,” demikian Gus Dur menceritakan adanya berita gaib dari Kiai
Hasyim Asy’ari.
Padahal, pada saat itu, nama Gus Dur belum muncul
sebagai calon presiden yang signifikan. Poros Tengah yang kemudian
mengusung nama Gus Dur saja ketika itu belum lahir.
Tidak aneh,
kata Marsilam, banyak diantara orang Fordem yang mendengar pidato Gus
Dur itu menanggapinya dengan sikap berbeda-beda. Ada yang tertawa karena
menganggap Gus Dur melakukan improvisasi atas pengunduran dirinya, ada
yang seperti sedih karena menganggap Gus Dur sudah tidak normal, tetapi
ada juga yang heran karena ekspresi Gus Dur yang cukup serius ketika
mengatakan itu. Dan ternyata, pada Oktober menjadi Presiden sesuai
dengan pesan gaib yang –kata Gus Dur sendiri- diterima dari Kiai Hasyim
Asy’ari.
Irwan David Hadinata, seorang mantan tentara dan alumus
ITB yang kini bergerak dalam dunia bisnis, pernah menyampaikan cerita
yang sama dengan cerita Marsilam kepada Mahfud MD. Menjelang Pemilu
tahun 1999, kira-kira delapan bulan sebelum menjadi Presiden, Gus Dur
memberitahu kepada Irwan bahwa dia akan menjadi Presiden. Dua bulan
sebelum terpilih menjadi Presiden, Gus Dur kembali memberitahu bahwa
pada bulan Oktober dia akan menjadi Presiden. Semula Irwan tidak terlalu
serius menanggapi pemberitahuan itu dan untuk sekedar berbasa-basi saja
kalau saat itu dia menjawab
“Mudah-mudahan Pak Abdurrahman
Wahid benar-benar menjadi presiden.” Irwan menjadi sangat kaget ketika
pada bulan Oktober 1999 Gus Dur benar-benar menjadi presiden.
“Di
kalangan teman-teman pemuluk agama Katolik, Gus Dur itu disamakan
dengan ‘Santo’ yakni orang suci yang dikalangan orang Islam disebut
‘wali’,” kata Irwan.
Home » RELIGI » Kesaksian Non Muslim Soal Kewalian Gus Dur
Tuesday, May 1, 2012
Kesaksian Non Muslim Soal Kewalian Gus Dur
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment