Kebinekaan di Indonesia adalah suatu niscaya. Pada beberapa pulau,
keanekaragaman hampir selalu hadir. Keragaman bisa terdiri dari latar
belakang suku, bangsa, agama, bahasa, aliran, aspirasi politik, kelas
sosial, dan sejumlah identitas lainnya.
Hanya saja, ada sejumlah
pihak yang tidak rela dengan keanekaan sebagai anugerah Ilahi. Mereka
mencoba memaksakan kehendak. Bahkan mereka tidak segan menggunakan
cara-cara kekerasan.
Abdurrahman Wahid, kerap disapa Gus Dur,
adalah pembela terdepan keragaman di Indonesia maupun di luar negeri. Ia
dengan segala risiko dan ketabahan, menjalani perjuangan kemanusiaan.
Meski pada satu waktu berjalan sendiri, Gus Dur akan tetap menempuhnya.
“Setelah
Gus Dur wafat, GP. Ansor lah yang terdepan menyuarakan pluralitas,”
beber M. Aqil Irham, Sekjen PP GP Ansor kepada NU Online di kantor PP
GP. Ansor Jl. Kramat Raya 65A, Jakarta Pusat, Selasa (22/5) malam.
Keniscayaan
keragaman bukan alasan untuk mendiskriminasi kaum minoritas. Konstitusi
menjamin hak yang sama bagi setiap warga negara. Meskipun ancaman
terhadap keragaman bukan hal baru, namun setiap kasus membutuhkan cara
penanganan yang berlainan pula.
Menurut Aqil Irham, kasus
kekerasan dan pemaksaan kehendak oleh satu dua pihak, disebabkan oleh
lemahnya negara. Saat yang sama, kekuatan sipil meningkat. Dengan
kondisi demikian, Negara hampir tidak berdaya untuk menertibkan
pihak-pihak sipil yang beroperasi di luar konstitusi.
Kalau
dilacak, kondisi melemahnya negara dan menguatnya sipil, tercipta salah
satunya karena pemerintah memiliki daya tawar rendah dalam politik di
hadapan pihak sipil. Dampaknya, negara cenderung membiarkan kekuatan
sipil melebarkan sayapnya untuk menginjak konstitusi; pemaksaan
kehendak, tindakan kekerasan, dan marjinalisasi elemen lain di
masyarakat.
Rongrongan terhadap pluralitas ini, salah satu tema
yang akan dibahas dalam Konbes XVIII PP GP. Ansor, tambahnya. Konbes
XVIII PP GP. Ansor akan dilaksanakan dalam rangkaian puncak harlah ke-78
GP. Ansor 7-10 Juni 2012 di Pondok Pesantren Almuayyad, Jl. KH.
Samanhudi No. 64, Solo, Jawa Tengah.
sumber : www.nu.or.id
Home » SEKILAS INFO » Setelah Era Gus Dur Ansor Terdepan Bicara Pluralitas
Friday, May 25, 2012
Setelah Era Gus Dur Ansor Terdepan Bicara Pluralitas
Ditulis Oleh : Unknown // 8:25 AM
Kategori:
SEKILAS INFO
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment