Khilafah Islamiyah bagi Hizbut Tahrir adalah janji Allah yang merupakan tajul furudh (mahkota beberapa kewajiban) dan barangsiapa yang enggan untuk menegakkannya maka dianggap melakukan akbarul ma’asyi (maksiat terbesar).
Demikian
Dr Ainur Rofiq memulai paparannya dalam seminar nasional dan bedah buku
“Membongkar Proyek Khilafah Hizbut Tahrir ala Indonesia,” di IAIN Syekh
Nurjati Cirebon, Selasa (22/5).
“Dalam pandangan HTI, kita yang
duduk-duduk saja dan tidak memperjuangkan khilafah dianggap melakukan
dosa besar,” ujar doktor lulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya yang juga
pengasuh pesantren Tambakberas ini.
“Kalau dikatakan bahwa
khilafah Islamiyah adalah janji Allah, kenapa harus dijuangkan
sedemikian rupa dan kenapa harus melabelkan kemaksiatan besar bagi para
muslim yang enggan menegakkannya,” kritiknya di hadapan para peserta
bedah buku yang juga diikuti beberapa aktivis HTI.
“Saya lebih
mempercayai hadis Nabi tentang akan datangnya Imam Mahdi dan bahkan
mayoritas golongan umat Islam meyakini hadis ini daripada hadis tentang
khilafah yang berstatus ahad (hanya diriwayatkan satu orang: Red),” ujar Ainur Rofiq sembari memperlihatkan slide kedudukan hadis Imam Mahdi.
Hadir
sebagai pembanding dalam seminar itu, antara lain, Afif Rifa’i dari
dari Universitas Paramadina dan Yusuf Suharto dari Universitas Darul
‘Ulum Jombang.
Afif Rifa’i menyatakan sepakat dengan Ainur Rofiq
bahwa khilafah Islamiyah adalah angan-angan, namun ia menggarisbawahi
bahwa perdebatan tentang hal ini jangan membawa pada suasana yang
emosial.
“Berbeda, tapi hendaknya kita jangan saling emosional,”
ujarnya dalam Seminar Nasional Ke-Islam Indonesiaan dan bedah buku
dengan tema “ Mimpi Buruk HTI: Ikhtiar Memperkokoh NKRI, Memberangus
Otoritarianisme Khilafah Islamiyah”.
Pembanding lainnya, Yusuf
Suharto, menyatakan, wacana khilafah Islamiyah yang terus didesakkan
para aktivis HTI adalah masuk dalam kategori ijtihadiyyah, namun
imbuhnya hal ini dalam konteks kekinian tidaklah relevan.
“Wacana
penegakkan kembali khilafah Islamiyah setelah runtuhnya dinasti Turki
Utsmani pada 1924 adalah kategori ijtihady, namun saat ini ketika di
mana- mana telah berdiri kokoh negara bangsa, maka wacana ini tidaklah
relevan lagi” ujar Yusuf yang juga Sekretaris Aswaja NU Center Jombang.
“Dalam
konteks Indonesia, Nahdlatul Ulama menyatakan bahwa NKRI adalah upaya
final seluruh bangsa” ujarnya menyitir maklumat Nahdlatul Ulama dalam
Munas dan Konbes NU di Surabaya pada 30 Juli 2006.
Adanya banyak
kepemimpinan termasuk dalam negara-negara kebangsaan dengan mayoritas
umat Islam dapat dibenarkan berdasarkan hadis Nabi dan secara faktual
terjadi.
“Dalam sejarah ada banyak khilafah atau kerajaan yang
berdiri dan berkuasa dalam waktu bersamaan, hal ini pun telah
diprediksi oleh Nabi bahwa memang khilafah itu tidak satu, tapi
beragam atau dalam istilah beliau al-khulafa’ fataktsuru,” pungkas dosen
Universitas Darul ‘Ulum Jombang ini sembari menyitir sebuah hadis
riwayat Abu Hurairah.
sumber : www.nu.or.id
Home » SEKILAS INFO » Buku “Membongkar Proyek Khilafah Hizbut Tahrir” Dibedah
Thursday, May 24, 2012
Buku “Membongkar Proyek Khilafah Hizbut Tahrir” Dibedah
Ditulis Oleh : Unknown // 8:15 AM
Kategori:
SEKILAS INFO
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment